Pages

A True Story of Christmas from China


Sekitar 26 tahun yang lalu, ada bencana besar yang terjadi di China dan selama 10 tahun, banyak orang percaya di China dianiaya dan dibunuh termasuk orang tuaku. Oleh karena latar belakang kepercayaan orangtua, aku dianggap "black child" dari keluarga revolusioner. Tidak ada seorang pun yang berani memeliharaku. Aku tidak punya tempat tinggal dan mulai menjalani hidup mandiri pada saat berusia 9 tahun. Satu setengah tahun kemudian, aku bertemu dengan paman Shen, dia tidak punya keluarga dan seorang Kristen yang taat. Ketika tahu bahwa aku tuna wisma, dia memutuskan untuk merawat aku.

Suatu hari, di penghujung bulan Desember 1970, kami sama sekali tidak punya pekerjaan. Paman Shen memutuskan untuk mencari kerja di tempat lain. Kami berada di wilayah yang termiskin di China. Suara- suara binatang membuat aku terjaga dan secara tidak sadar terlintas di pikiran tentang orangtuaku. Peristiwa saat mereka ditangkap terbayang lagi; ayahku diikat dan dipukuli berkali-kali sampai dia tidak dapat berdiri lagi, sedangkan ibu dipaksa untuk berlutut, rambutnya dicukur habis dan wajahnya dilumuri dengan tinta hitam.

Saat memikirkan mereka, aku bertanya pada diri sendiri, "Dimanakah mereka saat ini? Apakah mereka sudah meninggal? Apakah aku dapat melihat mereka lagi?" Aku tidak dapat menahan kepedihan dan airmata yang membanjiri wajahku. Ternyata paman Shen juga terjaga, dan mendengar isakan tangisku. Dengan lembut dia meraih tanganku dan mencoba menghiburku. Kami duduk di tumpukan jerami kering tanpa bicara sepatah katapun. Beberapa saat kemudian, ketika melihat air mata yang mulai mengering, dengan suara lembut paman Shen bertanya, "Apakah kamu masih mengantuk?"

Aku dengan tegas menjawab, "Tidak, aku tidak mengantuk sama sekali."

"Tahukah kamu, hari apakah ini?" tanya paman Shen.

"Tidak secara pasti. Setahu aku, ini adalah minggu terakhir di tahun ini," jawabku

Paman Shen lalu berkata, "Hari ini adalah tanggal 25 Desember, hari Natal. Hari ini kita merayakan kelahiran Yesus. Tetapi, tahukah kamu bagaimana penderitaan yang dialami Yesus sebelum Dia disalibkan?"

Paman Shen seakan-akan tahu bahwa aku sedang memikirkan penderitaan yang dialami orangtuaku, lalu mengutip ayat- ayat dalam Injil Matius 27:28-30, 'Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.'

Hatiku tersentak, mencoba membayangkan bagaimana penderitaan yang dialami Yesus sebelum Dia disalib. Saat itu juga, aku merasakan kepedihan itu dan aku berkata dalam hati, "Yesus, ALLAH yang disembah orangtuaku dan paman Shen, adalah Allahku juga."

Hari masih subuh saat itu. Terhanyut oleh suasana sunyi saat itu, aku tidak tahu secara pasti kapan paman Shen pun melantunkan lagu, "Malam Kudus, sunyi senyap. Bintang- Mu gemerlap. Juruselamat manusia, telah datang ke dunia ..."

Sejak saat itu, 20 tahun telah berlalu. Namun, aku masih merasa seperti hari kemarin. Aku masih dapat merasakan kehadiran paman Shen di sampingku dan mendengar nyanyiannya. Aku masih ingat dan mendengar paman Shen menceritakan tentang kelahiran Yesus.

Penulis kisah ini seakan kehilangan segalanya sejak kehilangan orang tuanya. Begitu pula dengan paman Shen yang tidak lagi memiliki keluarga. Namun Tuhan tidak membiarkan mereka begitu saja dan mempertemukan mereka, sebagai keluarga yang baru di dalam Tuhan.

Ketika kita mau membiarkan campur tangan Tuhan dalam hidup ini, kita tidak akan dibiarkan begitu saja.Penulis kisah nyata ini telah di penjarakan dua kali karena imannya terhadap Yesus Kristus. Bagaimanakah dengan kita? Akankah kita tetap setia kepada-Nya ketika masalah menimpa kita? Ingatlah bahwa akan selalu ada iman kasih dan pengharapan di dalam Yesus, Tuhan kita. (ST)

Yosi Budiarto

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment