Pages

Comedian



Bagi kita yang gemar banget nonton di bioskop, pastinya tau dong film apa yang sedang in belakangan ini? Pasti kata ‘genre’ juga sudah tidak asing lagi buat kalangan masyarakat pencinta movie. Mulai dari yang bergenre horror, romantis, fantasi, komedi, tragedi sampai film dokumenter—film yang mendokumentasikan kenyataan, pastinya kita udah pernah menonton hampir semua jenis-jenis film itu atau setidaknya mengetahui eksistansinya.
Film yang baik itu membutuhkan usaha yang sangat keras, bukan hanya bermodalkan uang dalam jumlah yang sangat besar dan talent saja. Dengan penulis script yang luar biasa berbakatnya, ataupun dengan sutradara yang sudah memenangi awards beratus-ratus kali pun, kalau bukan dengan usaha yang keras, dan kerjasama yang baik antara semua orang yang berkecimpung dalam pembuatan film tersebut, hasil yang didapatkan pada akhirnya nanti tidak akan ada apa-apanya.

Lalu, dengan apa kita bisa menilai bagus tidaknya sebuah film? Mengesampingkan faktor genre, pengambilan gambar, sudut pandang, efek komputer dan lainnya, yang menjadi alasan utama kita untuk memutuskan apakah film tersebut worth to be watched adalah plot yang menarik, tentu. Dialog yang cerdik, pastinya. Kemudian percayalah, yang menjadi daya tarik sebuah film, sadar atau tanpa kita sadari adalah kemampuan para aktor dan aktris yang berakting dalam film tersebut.

Intinya, memiliki sutradara berbakat dan penulis script jenius tidak bisa menjamin kalau film itu bakal menjadi sesuatu yang outstanding yang bakal disukai orang-orang dan laku di pasaran nantinya. Kemampuan akting seorang aktor/aktris mempengaruhi hampir keseluruhan film tersebut. Karena itu kebanyakkan film-film mengharuskan dilakukannya casting terlebih dahulu. Nah, ada hal lain selain ‘kecakapan’ yang bisa menghancurkan kualitas sebuah film dan mengacaukan sesi pembuatan film tersebut, kalau aktor/aktris tersebut nggak mau diajak kerjasama. Sehebat dan seterkenal apapun aktor/aktris tersebut, kalau mereka menolak untuk mengikuti instruksi sutradara dan memilih untuk menuruti ego diri sendiri dengan tujuan untuk menonjolkan kemampuan yang dimiliki, itu malah akan berakhir dalam kehancuran. Sekali lagi, Kehancuran.

Kalau diumpamakan, hidup kita ini seperti film. Tuhan penulis hidup kita dan Dia juga yang merangkap sebagai sutaradara. Pernah dengar quote-nya Garrison Keillor? Beliau pernah bilang begini, “God writes a lot of comedy. The trouble is... He’s stuck with so many bad actors who don’t know how to play funny.” This inspiring quote made us see clearer that actually, hidup kita sendiri adalah film. Film bergenre komedi. However, humans are bad actors, sometimes we don’t have any idea how to play funny. Hidup kita sebenarnya menyenangkan, tapi gara-gara kita tidak tahu bagaimana cara ‘berperan yang benar’, makanya kita tidak pernah bisa menemukan di mana bagian menyenangkannya. Dan ironisnya, terkadang kita menolak untuk ‘bekerjasama’ dengan sutradara kita.

Di saat-saat tertentu sering kali kita menuntut banyak hal pada Tuhan. Apalagi disaat kita mengalami kesulitan, nggak jarang kita komplain ke Tuhan, dan kadang juga marah-marah sambil bertanya, “Tuhan, kenapa begini? Kenapa begitu? Saya begini saya begitu...” Tapi pernahkah kita melihat ke dalam diri kita sendiri? Do we really know how to play funny? Do we?

Tuhan adalah penulis dan sutradara yang luar biasa. Hanya saja, kita sebagai manusia nggak pernah bisa menjalani peran kita dengan baik di dalam kehidupan kita sendiri. Kadang kita selalu merasa menjadi orang yang punya satu ton masalah yang tak ada habisnya, nggak peduli seberapa keras kita berusaha untuk keluar dari masalah itu. Sebenarnya tidak seperti itu. Tuhan nggak pernah menulis kehidupan manusia dengan sembarangan. God is good all the time. Even, dalam film komedi, kadang juga terdapat konflik. Hanya saja, tergantung bagaimana si pemain bereaksi dalam menghadapi konflik tersebut, yang ujung-ujungnya malah membuat para penonton merasa terhibur.



Jadi, seperti itu jugalah hidup kita. It depends on us whether or not we can play funny. Berperanlah menyenangkan dalam film komedi kita sendiri agar orang lain yang melihat kehidupan kita merasa terberkati, bukannya merasa prihatin. Dan percayalah, if we know how to play funny, we’ll create an outstanding comedy, together with God. Dan kita bakal mendapatkan kehidupan yang luar biasa baiknya. Mungkin saja dengan try to play funny, masalah-masalah yang kita hadapi bakal berkurang (karena sebenarnya berat atau tidaknya masalah itu, kita sendiri yang menciptakannya dalam kepala kita). Atau mungkin juga ‘Like A Blessing In Disguise’, di balik masalah-masalah yang ada, ternyata ada banyak hal menyenangkan yang menunggu kita, hanya saja gara-gara kita don’t know how to play funny, mata kita seakan dibutakan dan nggak bisa melihat dimana bagian menyenangkan itu.

Karena itu, be grateful for everything He gave to us. Stop complaining. Look into our selves and make sure that we play our roles properly. It’s our choice untuk menjadi aktor yang mengikuti arahan sutradaranya atau menjadi aktor yang tidak tau bagaimana bersikap menyenangkan dan ujung-ujungnya membandel, menolak arahan sang sutradara, which finally will lead us to our own disaster. But remember, nggak seperti sutradara-sutradara lainnya, Sutradara dalam kehidupan kita nggak akan membiarkan kita jatuh sendirian ke dalam kehancuran. Sutradara kita bakal selalu menerima kita kembali although knowing the fact that we don’t know how to play funny dan melatih kita agar kita mampu play funny dalam hidup ini.

At last, kita bakal tersenyum dan bilang pada Tuhan, “Thanks God for everything. And now I know how to play funny, right?”

Well guys, from now on, start being a comedian! (ASA)

Yosi Budiarto

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment