Pages

The Real Winner

The Real Winner: Process-Oriented VS Result-Oriented Saya mulai menulis tulisan ini di menit 91 pertandingan final sepak bola SEA Games 2011 antara Indonesia dan Malaysia. Tegang sekali. Cukup itu saja yang bisa saya katakan saat ini sambil berdoa semoga kemenangan berpihak pada timnas Indonesia. Jujur, kesimpulan tulisan ini belum tergambar dalam pikiran saya dan itu semua tergantung dari hasil pertandingan mendebarkan ini. Oh iya, sekarang pertandingannya diperpanjang karena masih 1-1. Kita lihat bagaimana hasilnya. Sambil menunggu dimulainya babak perpanjangan, saya ingin bercerita sedikit. Pernah saat itu seorang pembicara berkata demikian di tengah-tengah sharing-nya, “Awal itu tidak penting. Akhirlah yang penting.” Setelah mendengar itu, saya mencoba mencerna maksudnya (dan sekarang babak perpanjangan sudah dimulai). Jadi, awal itu tidak penting? Yang penting akhirnya? Ulang saya dalam hati. Oke, coba pikirkan contohnya (YA AMPUN, GOL! Tapi offside). Dari hal sehari-hari dulu. Misalnya ujian (Malaysia hampir gol, tapi offside juga). Awalnya apa? Belajar? Oke, belajar. Namun, akhir kan lebih penting daripada awal jadi boleh dong kita melakukan apa saja yang penting dapat hasil yang bagus? Saya bilang “apa saja” lho. Mencontek termasuk. Misalnya lagi, mencari nafkah dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Kemudian, lahirlah koruptor-koruptor handal dan penipu-penipu ulung. Tidak apa-apa kok karena yang penting kan hasilnya. Inikah yang dimaksud? Awal dan akhir itu bagaikan garis start dan finish, titik A dan titik B. Mereka adalah titik, tetapi jangan lupa ada space kosong di tengahnya. Apa yang kamu mau lakukan dengan space kosong inilah yang perlu dipikirkan. Kamu mau tarik garis lurus dari A ke B, mau buat garis belok-belok, atau mau buat garis dari A ke Z ke B silahkan, tetapi ingatlah kalau bentuk garis ini yang akan tergambar di atas kertas putihmu (ini tegang banget. Indonesia lagi mau free kick dan…sayangnya tidak gol). Bentuk yang akan terlihat tergantung dari proses penggambaran garis tersebut. Ya betul, prosesnya yang penting (babak perpanjangan waktu kedua). Pernah tidak merasakan saat kamu sudah berusaha keras, tetapi hasilnya tidak memuaskan? (free kick lagi tapi tidak gol juga). Terus kamu bingung lagi. Orang kan cenderung melihat hasilnya. Kalau begitu percuma dong kerja keras kita karena toh seperti tidak diakui. Is it? Mungkin sekarang saatnyalah kita mengubah konsep pikiran kita yang suka memperhatikan yang terlihat saja tetapi melupakan yang tidak terlihat (Penalty! Penalty!) Ayah saya selalu berpesan, “Jangan pikirkan hasil. Prosesnya yang penting.” Saat mendengar nasihat ini, saya sedang bergumul dengan ujian-ujian saya. Saya memikirkan bagaimana nilai saya di akhir semester. Saya mengejar sebuah target dan fokus terhadap yang terlihat nanti yaitu nilai. Namun, nasihat ini menyadarkan saya bahwa pembelajaran hidup itu tidak hanya di antara dua: menang atau kalah. (penalty-nya tidak gol, tetapi berkat Kurnia Meiga kedudukan seimbang). Mungkin hidup ini seperti Diagram Venn. Ada kelompok A yaitu “Menang”, ada kelompok B yaitu “Kalah”, dan ada daerah irisan yaitu daerah gabungan antara “Menang” dan “Kalah”. “Menang” iya, tetapi “Kalah” juga iya. Daerah inilah yang semestinya lebih kita pelajari. Pengalaman, moral, dan pembelajaran yang menjadi bekal kita untuk terus bertenaga dalam menempuh jalan hidup. Dan sayang sekali, Ferdinand Sinaga gagal mengeksekusi tendangan penalty-nya. Kurnia Meiga pun gagal menangkis bola dan membiarkan bola masuk ke gawang. Tipis sekali. Sebenarnya bola sudah mengenai tangan Meiga, tetapi karena tendangan lawan sangat kuat sehingga bola masih menjebol gawang timnas Indonesia. Saat saya menulis ini, medali emas sepakbola SEA Games 2011 yang sudah ditunggu bertahun-tahun oleh Indonesia lepas juga. Kekalahan pun mesti diterima dengan lapang dada. Alasan saya menulis tulisan ini sambil menonton pertandingan sepakbola adalah saya ingin menunjukkan bagaimana proses juga penting dan hasil bukanlah segalanya. Coba kalian baca ulang kalimat-kalimat di atas yang telah saya tebalkan. Apakah timnas Indonesia dalam bertanding santai-santai atau melakukan kecurangan dengan motivasi yang penting menang? Tidak! Terus memanfaatkan peluang. Jatuh bangun. Berpengharapan. Biarpun akhirnya mereka kalah, tetapi mereka telah melalui proses yang baik dan benar. Perjuangan dan tiada kata menyerah sampai peluit terakhir dibunyikan. Mereka tidak mendapat medali emas. Mereka bukanlah pemenang di lapangan. Namun, melihat dari proses dan perjuangan yang mereka lakukan, mereka patut diberikan gelar pemenang oleh masyarakat Indonesia dan gelora di Gelora Bung Karno pun menunjukkannya J . Begitupun yang disampaikan melalui film Real Steel. Pada pertandingan terakhir melawan robot jagoan, Atom kalah. Akan tetapi, he is the people’s winner karena usaha yang ia taruh untuk mengisi gelas kesuksesan dari nol liter sampai penuh. Bagaimana cara mengisinya? Sekali lagi, proses. Proses yang baik dan benar adalah goal yang harus kita capai dalam hidup. Karena percayalah, proses yang baik akan membuahkan hasil yang baik juga. Saat kamu bisa membuktikannya, di situlah kamu menjadi pemenang sebenarnya. So, are you process-oriented or result-oriented? (SEG)

Yosi Budiarto

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment