Pages

Hanya Sesaat (2 Korintus 1:3-7)



Tidak sedikit orang Kristen yang merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka. Tidak sedikit orang Kristen yang merasa bahwa Tuhan telah melupakan mereka. Padahal dalam Ibrani 13:5 dengan jelas dikatakan, “Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”, namun banyak orang yang tidak mempercayai firman Tuhan ini.
Janji akan penyertaan Tuhan juga disampaikan oleh Tuhan dalam Yesaya 54:7-10, yang berkata demikian, “Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. Keadaan ini bagi-Ku seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.”
Ketika kita membaca perikop ini, ada kecenderungan pikiran kita terfokus pada ayat 7 yang berkata, “Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau”, padahal yang kita ketahui bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, yang benar adalah kitalah yang meninggalkan Tuhan. Nats ini seolah-olah kontradiksi dengan pemahaman kita selama ini yang mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tetapi kenyataannya dalam ayat 7 ini Tuhan mengakui bahwa Dia pernah meninggalkan kita walaupun hanya sesaat. Nats ini seolah-olah kontradiksi dengan janji penyertaan Tuhan senantiasa dalam Kej 28:15, Ulangan 31:6-8, Yosua 1:5, 1 Tawarik 28:20, Ibrani 13:5, yang menjanjikan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Ayat 7 ini sejajar atau memiliki pengertian yang sama dengan ayat 8, yang berkata, “Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya…” Kata “meninggalkan” harus diartikan sebagai “menyembunyikan wajah” pada kondisi murka Allah yang meluap. Hal ini dilakukan Tuhan untuk kebaikan kita. Jika Tuhan tidak menyembunyikan wajahnya pada saat murkaNya meluap, maka tidak akan ada satu orangpun yang selamat. Mazmur 76:8 berkata, “ … Siapakah yang tahan berdiri di hadapan-Mu pada saat Engkau murka?” Namun Pemazmur mengakui bahwa jika Tuhan murka, itu hanya sesaat saja. Mazmur 30:6 berkata, “Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati.”
Nats yang kita bahas ini menekankan, bahwa sekalipun Tuhan murka, itu hanya sesaat saja. Tuhan memiliki kasih sayang yang besar (ayat 7); Tuhan mengasihi kita dengan kasih setia yang abadi (ayat 8); dan kasih setia Tuhan tidak akan pernah beranjak dari kita (ayat 10)
Karena kasih Tuhan yang sangat besar, Dia akan menyembunyikan wajahNya pada saat Ia murka, supaya kita tidak binasa. Setelah murkaNya yang sesaat itu, Dia akan mengambil kita kembali, menebus kita kembali, dan Tuhan tidak akan membatalkan perjanjianNya bagi orang yang berserah kepadaNya.
Kata perjanjian yang dimaksud dalam nats ini bukanlah seperti perjanjian yang dimaksudkan orang pada umumnya. Perjanjian dalam konteks ini bukanlah kesepakatan antara dua belah pihak, tetapi semata-mata janji Tuhan kepada manusia, dimana Tuhan berjanji atas diriNya sendiri. Kata perjanjian dalam bahasa Ibrani menggunakan kata בּרית (berîyth) yang dalam bahasa Inggris disebut covenant bukan agreement.
Pengertian ini sangat penting untuk kita pahami supaya tidak ada anggapan bahwa manusia bisa membatalkan perjanjian tersebut. Tidak ada seorangpun manusia yang dapat membatalkan janji Tuhan kepadaNya. Perjanjian itu dibuat oleh Tuhan sendiri. Bahkan pemberontakan kita tidak akan pernah bisa membatalkan janji Tuhan kepada kita.
Kita perlu memahami perjanjian Tuhan atau berîyth sehingga kita mengetahui bahwa Tuhan tidak membutuhkan kesepakatan dari manusia dalam membuat perjanjianNya, ini bukanlah perjanjian dari dua pihak yang memiliki kedudukan yang sejajar. Perjanjian yang Tuhan berikan hanya didasarkan oleh kasih Tuhan yang besar yang kita sebut sebagai unconditional love.
Dari ayat 7-10 berkali-kali Tuhan mengatakan bahwa Dia sangat mengasihi kita. Tuhan mengatakan bahwa kasihNya tidak pernah berubah. Berkali-kali Tuhan mengatakan bahwa kasihNya tidak akan pernah meninggalkan kita. Tuhan dengan tegas mengatakan bahwa Dia akan terus mengasihani kita. Bukankah ini merupakan kebenaran yang menggembirakan?
Jika kita kembali memperhatikan ayat 10 yang berkata, “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.” Jika gunung-gunung beranjak dan bukit bergoyang, ini merupakan kejadian yang luarbiasa.
Dahulu saya sulit membayangkan bahwa gunung-gunung beranjak ataupun bukit bergoyang. Tetapi setelah memperhatikan beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia maupun yang berada di luar negeri, maka saya dapat memahami hal ini. Ketika gempa bumi terjadi, kita mengetahui bahwa bukan hanya bukit yang bergoyang, tetapi banyak ruas jalan yang terputus dan terbelah. Tanah longsor yang terjadi di Bandung misalnya merupakan gambaran dari gunung yang beranjak, dimana tanah di pegunungan dengan kekuatan yang dahsyat dan mengerikan mengubur perumahan yang ada dibawahnya. Ini memang merupakan kejadian yang dahsyat, luar biasa dan mengerikan.
Tetapi firman Tuhan mengatakan bahwa sekalipun gunung beranjak dan bukit bergoyang, tetapi kasih setia Tuhan tidak pernah beranjak dari kita. Sekalipun gunung pindah tempat, tetapi kasih setia Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Sekalipun kejadian yang luar biasa terjadi, tetapi penyertaan Tuhan akan tetap.
Dalam ayat 7 Tuhan mengatakan bahwa Dia akan memelihara kita dengan kasih sayang yang luar biasa. Kemudian dalam ayat 8 Tuhan mengatakan bahwa Dia berbelaskasihan kepada kita, karena kasihsayangNya yang besar. Bahkan dalam ayat 8 dikatakan bahwa Tuhanlah Penebus kita. Tuhanlah yang menolong kita dari setiap persoalan hidup yang kita alami. Tuhanlah yang menolong kita dari setiap pergumulan hidup kita. Tuhanlah yang melepaskan kita dari segala mara bahaya.
Tuhan tidak pernah bermain-main dengan firmanNya. Tuhan serius dengan setiap perkataan yang diucapkanNya. Jika Tuhan mengatakan bahwa Dia penolong kita, maka Dia pasti menolong kita setiap saat.
Kita memang sulit memahami firman Tuhan ini pada saat kehidupan kita dilanda persoalan. Kita sulit menerima kebenaran firman Tuhan ini pada saat kita dilanda masalah. Kita sulit menerima kebenaran firman Tuhan ini, ketika kita merasa bahwa tangan Tuhan tidak datang menolong. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa ini hanya teori. Saudaraku, Tuhan tidak pernah bermain-main dengan firmanNya. Tuhan tidak berteori, tetapi telah membuktikannya dalam sejarah. Tuhan telah membuktikan itu dalam sejarah Israel, dan dalam sejarah kehidupan umat manusia. Coba renungkan, mampukah Anda menjalani hidup ini seorang diri? Renungkan kembali apa saja yang telah Tuhan lakukan dalam kehidupanmu. Ketika engkau merenungkannya, engkau akan datang kepada Tuhan dengan ucapan syukur.

Yosi Budiarto

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment